Oleh
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Dakwah, adalah satu ibadah yang sangat agung, ladang untuk menuai pahala, dan tugas sangat mulia yang Allah embankan di pundak para rasul dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat, para pengembannya merupakan manusia-manusia terbaik perkataanya. Akan tetapi banyak yang tidak memahami makna serta tujuan dakwah yang sebenarnya, sehingga tidak mengajak kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala tetapi justru mengajak kepada selain-Nya. Ada yang mengajak kepada kelompok dan golongan tertentu. Ada yang menjadikan dakwah sebagai sarana untuk mencari dunia dan popularitas. Bahkan ada dengan tujuan untuk merekrut massa (pengikut). Maka, bagaimanakah tujuan dakwah yang sebenarnya, serta apa saja yang harus diperhatikan oleh seorang dai ketika ia berdakwah? Simaklah uraian berikut ini.
Dakwah ilallah, adalah mengajak kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala, kepada syariat-Nya, dan melarang semua yang menyelisihinya, baik yang berupa akidah, perbuatan, perkataan maupun akhlak.
Tujuan utama dakwah, ialah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Memberi petunjuk kepada manusia dan menjelaskan kebenaran kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuji pengemban amanah dakwah dengan firman-Nya:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah" [Ali 'Imran/3 : 110]
Maka memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang mungkar adalah satu bentuk dakwah Ilallah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" [Ali 'Imran/3 : 104]
Dakwah merupakan tugas utama para rasul, lebih khusus lagi Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik" [Yûsuf/12 :108]
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengajak para hamba-Nya menuju kebaikan, kebahagiaan dan kepada jannah-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)" { Yunus/10 : 25]
Dan firman-Nya:
Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan. (Qs. Ibrahîm/14 : 10).
Dan firman-Nya:
"..sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya" [al-Baqarah/2 : 221]
Yakni Allah mengajak manusia untuk masuk ke dalam agama-Nya dan selalu taat kepada-Nya agar mereka mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat.
Apabila kita mencermati perintah dan larangan yang terdapat di dalam Al-Qur`an, maka kita mendapatkan kandungan makna yang agung ini. Artinya, Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya serta kaum mukminin mengajak kepada kebaikan serta kebahagiaan dunia akhirat. Sebaliknya, setan dan bala tentaranya selalu mengajak kepada neraka dan kebinasaan dunia akhirat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala" [Fathir/35 : 6]
Dan sebagaimana dikhabarkan oleh Rasulullah dengan sabdanya:
دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا
"Para dai yang berdiri di tepi neraka jahannam; siapa yang mentaatinya akan terjerumus ke dalamnya" [HR Bukhari]
Maka berhati-hatilah dari para dai tersebut, dan marilah kita kembali kepada al-haq. Dakwah Ilallah memiliki pilar-pilar yang dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur`an dan dijelaskan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam hadits-haditsnya. Di antara pilar serta syarat yang terpenting adalah:
Pertama : Seorang dai, hendaklah membekali diri dengan ilmu. Apabila seorang dai mengajak kepada Islam, hendaklah ia memiliki pengetahuan tentang Islam; karena mustahil seseorang mengajak kepada sesuatu yang ia tidak mengetahuinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya:
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata". [Yûsuf /12 : 108]
Makna dari "bashirah" adalah ilmu serta pengetahuan yang sempurna terhadap apa yang ia dakwahkan. Demikian itulah wasiat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu ketika beliau mengutusnya menuju khaibar. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللَّهِ فِيهِ
"Berangkatlah menuju tempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam. Beritahukanlah hak-hak Allah yang wajib mereka tunaikan" [HR Bukhari]
Maksudnya, jelaskan kepada mereka tentang hakikat Islam dengan sejelas-jelasnya, karena terkadang seseorang berada di atas kesesatan tetapi menganggap berada di atas kebenaran, sehingga perlu adanya penjelasan. Dan ini, tidak mungkin dilakukan oleh orang yang jahil yang tidak mengetahui hakikat kebenaran, karena ia tidak memiliki kemampuan untuk membantah syubhat-syubhat dan menjelaskan kesesatan mereka.
Kedua : Hendaklah tujuan utamanya ialah ikhlas karena Allah dan hanya meraih ridha Allah, serta memberikan manfaat kepada orang lain, bukan karena riya', sum'ah, ingin mendapat ketenaran dan keinginan pribadi lainnya. Apabila seorang dai mengedapankan hal-hal tersebut, maka dakwahnya bukan mengajak kepada Allah tetapi mengajak kepada dirinya, padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Aku mengajak (kamu) kepada Allah" [Yûsuf/12 : 108]
Dakwah juga bukan mengajak kepada golongan dan kelompok serta madzhab tertentu, atau selain ajaran Rasulullah. Demikian pula, dakwah bukanlah sarana untuk mencari dunia. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu," [al-Furqan/25 : 57]
Ketiga. Memulai dengan yang terpenting.
Masalah terpenting di dalam agama Islam adalah masalah aqidah. Oleh sebab itu, seorang dai hendaklah memulai dakwahnya dengan menjelaskan aqidah yang benar sebelum dia menyampaikan yang lainnya. Inilah yang diwasiatkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَإِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ
"Sesunguhnya engkau akan mendatangi satu kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka kepada syahadat La Ilaha Illallah wa Anna Muhammadar-Rasulullah. Kalau mereka menerima, sampaikanlah bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam. Kalau mereka menerima, sampaikanlah bahwa Allah mewajibkan zakat yang diambil dari orang-orang kaya dan dibagikan untuk orang miskin" [HR Bukhari]
Demikian pula para rasul sepakat dakwah pertama yang mereka sampaikan adalah tauhid. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun" [an-Nisa`/4:36]
Oleh karena itu, setiap dakwah yang tidak mengutamakan tauhid padahal banyak manusia yang terjerumus ke dalam perbuatan syirik dengan berbagai macam bentuknya, maka telah menyelisihi dakwah para rasul dan tidak akan membuahkan hasil.
Keempat : Berusaha mengamalkan ilmu yang ia miliki sebelum menyampaikan kepada orang lain. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?" [al-Baqarah/2 : 44]
Allah juga berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan" [ash-Shaf/61 : 2-3]
Kelima : Berhias diri dengan kesabaran.
Seorang dai hendaklah bersabar atas gangguan yang ia dapatkan di jalan dakwah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat- menasihati supaya menetapi kesabaran" [al-'Ashr :1-3]
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman mengisahkan tentang perkataan Luqman kepada anaknya:
"Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)" [Luqman/31 : 17]
Keenam : Tidak putus asa dalam dakwahnya.
Seorang dai hendaklah tidak putus asa dalam menyampaikan dakwahnya kepada manusia sekalipun memerlukan waktu yang lama, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala mengisahkan tentang Ashabu Assabti
"Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabbmu, dan supaya mereka bertakwa". [al-A'raf/7 : 164]
Kesabaran dalam berdakwah akan membuahkan dua hal.
Pertama. Apabila menerima maka itu petunjuk bagi manusia dengan dakwahnya tersebut.
Kedua. Apabila mereka menolak maka lepaslah tanggung jawab dari pundak seorang dai, karena tugas utamanya ialah menyampaikan kebenaran; adapun hidayah maka hanya di tangan Allah Azza wa Jalla
Demikian, beberapa perkara yang harus diketahui oleh seorang dai sebelum ia berdakwah. Mudah-mudahan bermanfaat.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Post a Comment